LITERASI UNTUK
SEMUA: PENGALAMAN ‘RUMAH DUNIA’
oleh Desi Irmayanti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Seseorang dipandang dari pengetahuan dan ilmu yang
dimilikinya. Ini bagi manusia berarti bahwa ilmu harus dikejar dan sudah
keharusan bagi manusia untuk terus belajar. Ada seorang filosof yang mengatakan bahwa
manusia adalah animal educandum, makhluk
yang berpendidikan. Begitu pula dalam agama Islam, ayat yang pertama kali diturunkan
yaitu iqraa,
yang artinya bacalah! Ayat itu adalah perintah untuk membaca. Menurut agama
Islam, manusia memang wajib untuk
menuntut ilmu dimanapun ia berada dan pendidikan itu berjalan sepanjang hidup
manusia karena manusia diberikan akal yang luar biasa oleh Tuhan. Dengan
demikian, manusia adalah mahluk pembelajar yang terus belajar sepanjang hayat.
Banyak cara yang dapat
dilakukan orang untuk belajar. Di masa modern sekarang orang sering
menghubungkan belajar dengan sekolah. Namun demikian, sebenarnya hingga kini
belum semua anak dapat mengakses dunia sekolah. Sekolah bagi sebagian orang
masih dipandang mahal.
Salah satu cara belajar yang
mendasar, sebagaimana ayat di atas menyebutkan, adalah membaca. Orang dapat
membaca berbagai bahan bacaan: buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
Banyak orang mempercayai bahwa membaca merupakan jendela bagi dunia. Dengan
membaca, orang dapat mempelajari banyak hal.
Salah satu sumber bacaan yang
banyak digunakan oleh banyak orang adalah buku. Bagi orang yang gemar membaca
buku, buku dapat menjadi kaki mereka dalam menjelajahi dunia. Melalui membaca
buku, orang dapat menemukan berbagai hal atau peristiwa yang terjadi dibelahan
dunia ini tanpa harus pergi kesana. Buku menjadi sumber ilmu yang mesti dimanfaatkan dengan baik dan
dilestarikan dengan budaya membaca.
Membaca membuka jendela dunia. Namun demikian, banyak
kalangan yang menilai bahwa budaya membaca di Indonesia masih rendah. Ini
memunculkan pertanyaan: sudahkah masyarakat Indonesia bisa membaca dan sadar
akan membaca? Ini merupakan permasalahan besar bagi kecerdasan sumber daya
manusia Indonesia.
Masyarakat Indonesia terdiri dari berjuta orang dan
tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Namun demikian, hingga saat ini
terdapat sebagian anggota masyarakatnya yang masih buta huruf dan tidak
mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu, banyak kalangan menilai sistem
pendidikan sekolah kurang mendukung tumbuhnya budaya membaca. Kita jarang
mendengar sebenarnya seberapa banyak buku yang biasa dibaca anak-anak setiap
tahunnya di sekolah. Begitupun dengan lingkungan masyarakat. Banyaknya
masyarakat Indonesia yang lebih gemar menonton televisi, berbelanja,
dibandingkan dengan membaca, menjadi contoh yang jelas.
Permasalahan budaya membaca inilah yang mendasari
sebagian masyarakat Indonesia yang peduli akan pentingnya berbagi ilmu melalui
membaca. Walaupun pemerintah telah mengupayakan penyediaan sarana membaca
melalui perpustakaan dan pusat belajar lainnya, mereka secara sukarela ikut serta
mencerdaskan bangsa dengan cara membuka peluang bagi masyarakat untuk bisa
belajar bersama. Beberapa diantara orang yang peduli tersebut telah membuka
perpustakaan di rumah, taman bacaan, perpustakaan keliling dan yang lainnya.
Di Serang, Banten, terdapat orang yang peduli untuk
membangun budaya membaca, dan menulis, dengan cara membuka kesempatan kepada
masyarakat sekitarnya, terutama mereka yang kurang mampu dan kurang terdidik.
Pusat belajar yang disebut Rumah Dunia itu dibangun dan didedikasikan untuk
tempat belajar masyarakat dimana di dalamnya
kegiatan membaca dan menulis bebas diperuntukkan bagi semua kalangan. Tulisan
ini membahas tentang pengalaman dan peranan Rumah Dunia dalam membuka
kesempatan kepada masyarakat dari berbagai kalangan terhadap membaca dan
menulis sebagai bentuk literasi untuk semua (literacy for all).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini
mencakup hal-hal sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah minat
membaca yang ada di masyarakat Indonesia?
2.
Apakah pentingnya membaca dan mengetahui segala hal yang ada
disekitar kita?
3.
Bagaimanakah Rumah
Dunia bisa menginspirasi bangsa ini untuk meningkatkan kecerdasan anak bangsa?
I.3 Gagasan Tertulis
Membaca merupakan suatu kegiatan yang sederhana
tapi berdampak luar biasa. Hal ini karena dengan meningkatkan budaya membaca dapat
menjadikan individu-individu yang ada di Indonesia ini lebih berkualitas dengan
perkembangan pengetahuan yang dimilikinya.
Di Indonesia sudah terdapat
perpustakaan-perpustakaan yang tersebar di sekolah-sekolah ataupun di daerah-daerah.
Telah banyak pula buku-buku yang didistribusikan pemerintah ke perpustakaan
tersebut. Namun demikian, hanya sedikit masyarakat yang memanfaaatkannya untuk
menambah wawasan. Untuk itu sangat penting membudayakan membaca di dalam
lingkungan masyarakat itu sendiri. Hal ini dapat terwujud jika minat baca dalam
masyarakat telah tumbuh dan berkembang.
Seperti halnya masyarakat yang ada di lingkungan
Rumah Dunia, mereka termotivasi untuk mau dan tertarik untuk menambah wawasan
dengan membaca yang menjadikan bekal mereka untuk menulis. Rumah Dunia mencoba
membangun dampak besar dari menarik motivasi membaca masyarakat dan mendorong
kemampuan menulis agar tersedia banyak bahan bacaan. Pandangan ini diharapkan
dapat membangun budaya saling berbagi dan belajar di masyarakat serta
memastikan ketersediaan bahan bacaan yang bervariasi secara berkelanjutan.
I.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini diantaranya kita bisa melihat
bagaimana minat baca masyarakat Indonesia, lalu mengetahui pentingnya membaca
dan membudayakan minat membaca itu melalui pengalaman sebuah tempat yang unik dan
kreatif yang memberikan inspirasi untuk kita semua dalam ikut serta membantu
masyarakat dalam membudayakan membaca dan menulis.
I.5
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah agar menambah
wawasan kita akan pentingnya membaca dan membuat karya. Melalui pengalaman
suatu pusat belajar berbasis masyarakat sebagai sebuah tempat yang sederhana yang
memberikan perubahan yang luar biasa. Ketika kita bisa memanfaatkannya dengan
baik, maka sesuatu yang baik pulalah yang akan menghampiri. Kisah inspiratif
dari Rumah Dunia bisa menjadikan contoh bagi kita semua bahwa dari rumah yang
sederhana kita bisa menjadikan tempat untuk kita bisa belajar dan mengajarkan
orang lain sehingga terciptanya lingkungan pendidikan untuk semua.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
II.1
Budaya Membaca Masyarakat Indonesia
Menilik pada undang-undang dasar 1945 pasal 31 yang berbunyi:
1.
Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan
2.
Setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah yang membiayainya
Dilihat dari
undang-undang diatas, maka sudah seharusnya masyarakat Indonesia mendapatkan sebuah pendidikan yang layak dan tentunya
masyarakat sudah menyadari hal tersebut.
Manusia
juga sebagai animal educandum yang
secara bahasa berarti bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat didik dan
harus mendapatkan pendidikan agar bisa melangsungkan kehidupannya sebagai
manusia seutuhnya dan melaksanakan hidupnya secara mandiri (Sadulloh dkk.,2010).
Hal
tersebut yang menyadarkan kita semua tentang pentingnya pendidikan. Hal yang
sangat menunjang dalam dunia pendidikan yaitu ketika membaca dan menulis
membudaya di dalam masyarakat sehingga menciptakan masyarakat berilmu dan
cerdas sehingga bisa bersaing di dunia global.
Dari
berbagai sumbe artikel online didapatkan beberapa data tentang minat membaca
bangsa Indonesia, diantaranya:
1.
|
Berdasarkan data yang dilansir
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2009,
kemampuan membaca masyarakat Indonesia berada pada posisi 57 dari 62 negara
anggotanya. Bahkan OECD juga mencatat 34,5 persen masyarakat Indonesia masih
buta huruf. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil survei Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun yang sama, yang dirilis untuk mengetahui seberapa
besar minat penduduk terhadap dua aktivitas, yaitu menonton dan membaca. Survei
dilakukan kepada penduduk yang berusia 10 tahun ke atas. Hasilnya sungguh
mengejutkan. Sebesar 90,27 persen penduduk menyukai menonton dan hanya 18,94
persen yang menyenangi aktivitas membaca surat kabar atau majalah.
2.
Laporan Human Development
Index (HDI) tahun 2011 yang dikeluarkan The United Nations Development Program
(UNDP) menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam peringkat 124 dari 187 negara
di dunia. Peringkat ini lebih rendah dibanding dengan 5 negara ASEAN lainnya,
yaitu Singapura (26), Brunei (33), Malaysia (61), Thailand (103), dan Filipina
(112). Namun demikian Indonesia tetap lebih tinggi di atas Vietnam (128), Laos
(138), Kamboja (139), dan Myanmar (149). Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan
kualitas manusia di Indonesia masih tergolong rendah, walupun mengalami
kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
3.
Minat baca masyarakat Indonesia masih
sangatlah rendah, orang lebih memilih menonton televisi daripada membaca.
Menurut Badan Pusat Stastistik (BPS) pada tahun 2006, masyarakat Indonesia
lebih memilih nonton televisi (89,5 %) dan
atau mendengarkan radio (40,3 %) dibandingkan
membaca Koran (23,5%).
Dilihat
dari data-data diatas bisa kita lihat bahwa Indonesia menempati posisi yang
rendah dalam hal membaca dibandingkan dengan negara-negara lain. Dilihat dari
presentase di atas juga bisa dilihat bahwa masyarakat Indonesia lebih
menyenangi melihat tontonan di televisi atau mendengarkan radio dibandingkan
dengan membaca. Lalu bagaimana dengan penggunaan internet? Berikut ini kutipan
dari salah satu laman website:
Riset yang digelar bersama
dengan TNS Indonesia itu diungkapkan Yahoo! Indonesia dalam konferensi pers
yang digelar di Le Meridien Hotel, Jakarta, Jumat (20/3/2009). Disebutkan
bahwa, dalam satu bulan terakhir, 1 dari 3 penduduk perkotaan di Indonesia
mengakses internet. dari seluruh pengakses internet di Indonesia disebutkan
didominasi oleh pengguna remaja. Remaja usia 15-19 tahun disebut mencakup 64
persen dari pengguna internet di Indonesia. Apa yang dilakukan pengguna
internet saat online? Survey itu mengatakan dominasi penggunaanlayanan online
adalah pada e-mail (59%), instant messaging (59%) dan social networking (58%).
Selain
itu, pengguna juga kerap menggunakan search engine (56%), mengakses berita
online (47%), menulis blog (36%) serta memainkan game online (35%). (http://perpustakaan.narotama.ac.id/2012/02/14/membangun-budaya-membaca-sepanjang-hayat/)
Dari hasil riset tahun 2009 dapat
diartikan sebagai berikut: banyak orang memang memanfaatkan internet dengan
baik walaupun kita tidak tahu saat jejaring sosial lebih memasyarakat di kalangan
bangsa Indonesia apakah mereka masih lebih banyak mengakses berita ataubahan
bacaan dibandingkan dengan jejaring sosial. Tapi kebanyakan yang memanfaatkan
internet untuk mencari informasi hanya masyarakat yang ada dikota-kota besar
sedangkan masyarakat di daerah masih belum bisa menikmati akses dari internet.
Intinya adalah
masih rendahnya minat baca dimasyarakat Indonesia sehingga belum terciptanya
membaca untuk semua, karena dewasa ini membaca dipersepsikan sebagai kegiatan
yang membosankan dibandingkan dengan menonton. Selain itu, masyarakat masih
beranggapan bahwa membaca itu hanya di sekolah dan bukan menjadi kebutuhan yang
sangat penting dalam kehidupannya.
II.2
Pentingnya Budaya Membaca
Dikutip dari internet (www.pemustaka.com) Dr.Aidh bin Abdullah al-Qarni mengatakan
tentang manfaat membaca, yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. Membaca menghilangkan kecemasan
dan kegundahan.
2. Ketika sibuk membaca, seseorang
terhalang masuk ke dalam kebodohan.
3. Kebiasaan membaca membuat
orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak
mau bekerja.
4. Dengan sering membaca, orang bisa
mengembangakan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.
5. Membaca membantu mengembangkan
pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
6. Membaca meningkatkan pengetahuan
seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
7. Dengan membaca, orang mengambil
manfaat dari pengalaman orang lain kearifan orang bijaksana dan pemahaman
prasarjana.
8. Dengan sering membaca, orang mengembangkan
kemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk
mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinyadalamhidup.
9. Membaca membantu seseorang untuk
menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak
sia-sia.
10. Dengan sering membaca, orang bisa
menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat, lebih
lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk
memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang
tersirat).
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa banyak sekali
manfaat dari membaca, dan sebagai manusia yang menyadari akan tugasnya maka
patutlah kita berusaha menjadi orang yang cerdas, menjadi penerang dalam
kegelapan, dan menjadi orang yang pintar untuk meningkatkan kesejahteraan generasi
mendatang Indonesia yang kita tahu ketika suatu generasi melahirkan generasi
yang unggul maka generasi selanjutnyapun akan menjadi generasi hebat yang bisa
membanggakan. Karena lewat manusia yang berkualitaslah negeri ini bisa maju dan
bangkit dari keterpurukan serta tentunya dari peran pemerintah yang mendukung
segala upaya masyarakat yang membantu dalam mencerdaskan bangsa maka akan lebih
terciptanya kualitas manusia unggul dan berwawasan .
Dengan membaca kita bisa membuka wawasan dan
pengetahuan banyak tentang segala hal dan realita yang ada didunia ini, buku
sendiri saat ini tidak hanya berbentuk lembaran atau berbentuk media cetak saja
tapi seiring perkembangan zaman, media onlinepun memberikan tempat berbgai
bacaan yang bisa dinikmati semua orang sehingga kita lebih bisa membentangkan sayap
keilmuan dan melihat dunia lebih jelas lagi. Sangatlah berharga ketika ilmu
yang didapatkan bisa bisa dimanfaatkan dan menjadi sebuah cara membuka peluang
untuk orang lain dalam mendapatkan pengetahuan juga.
III.3 Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Minat Baca
Masyarakat
Sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
pendidikan di Indonesia, terutama juga dalam memberantas buta huruf yang masih
banyak terdapat di Indonesia. Berdasarkan
riset lima tahunan pada 2006 yang dikeluarkan oleh Progress in
International Reading Literacy Study (PIRLS), di Indonesia terdapat 169.031 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Artinya, jika tiap sekolah memiliki satu perpustakaan, seperti yang diamanahkan
oleh UU Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, maka ada 169.031
perpustakaan. Jika kondisi demikian dapat terwujud, tentu anak-anak akan
memperoleh kemudahan dalam mengakses bahan bacaan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan
bahwa Sekolah Dasar yang memiliki perpustakaan baru sekitar 1 persen lebih
sedikit. Hal
ini pun baru sebatas jumlah dan
belum menyangkut seberapa banyak koleksi buku yang dipunyai.
Jika dari satu sekolah dasar itu bisa menampung sebanyak
480 orang siswa, dengan masing-masing kelas terdapat 40 orang siswa dan setiap
tingkatnya terbagi menjadi dua kelas A dan B, maka dapat dikatakan seharusnya
jumlah buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah tersebut harus melebihi 480
buah. Bayangkan, jika satu anak bisa meminjam satu buah buku untuk membaca
sehabis pulang sekolah, maka betapa banyak waktu mereka belajar di rumah
melalui buku yang mereka pinjam. Sayangnya, seperti yang sudah dikatakn diatas,
perpustakan banyak yang dibuka namun terkadang hanya menjadi sebuah gudang atau
tempat penyimpanan barang-barang, bahkan sampai ada buku-buku yang usah oleh
waktu karena tidak pernah tersentuh oleh siswa.
Dari data di atas bisa dibayangkan jika memang belum ada
wadah yang benar-benar bisa menampung masyarakat untuk meningkatkan minat baca
atau minimalnya memberikan rasa penasaran pada masyarakat untuk melirik
perpustakaan yang ada. Selain itu, dalam pembelajaran di sekolah bisa diajak
untuk belajar dengan media-media yang ada di perpustakaan, lalu bisa juga mengajak
siswa untuk belajar di perpustakaan, agar tidak merasa bosan belajar di dalam
kelas. Sehingga minat mengunjungi perpustakaan bagi anak-anak semenjak dini
dapat tercipta melalui pembelajaran yang menarik.
Terlepas dari data di atas, selain itu juga ada sebagian
masyarakat yang membantu pemerintah dalam menggalakan Indonesia Membaca dalam
rangka memberantas buta huruf dan meningkatkan minat baca yang ada dimasyarakat
diantaranya dengan dibukanya taman bacaan masyarakat yang dibuat dan dikelola
oleh masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat yang ada
disekelilingnya. Hal tersebut juga membantu pemerintah dalam meratakan
pendidikan di kalangan masyarakat dan membantu dalam memberantas buta
huruf yang masih ada dilingkungan
masyarakat kita, tanpa memandang siapa yang membaca disana dan belajar
bersama-sama serta mereka juga membuat karya dalam aktifitasnya. Dengan cara
partisipasi masyarakat inilah kegiatan membaca dan menulis dapat dinikmati oleh
semua kalangan dan bisa semakin luas sehingga membuat komunitas membaca dan
menulis di masyarakat.
|
|
BAB
III
METODE
PENULISAN
III.1 Waktu
dan Tempat
No.
|
Kegiatan
|
Waktu
|
||
10 April
|
11 April
|
12 April
|
||
1
|
Pengumpulan ide
|
X
|
||
2
|
Penyusunan awal
|
X
|
||
3
|
Wawancara
|
X
|
||
4
|
Penulisan
|
X
|
||
5
|
Bimbingan
|
X
|
||
6
|
Finishing
|
X
|
Penulisan karya tulis ilmiah ini dimulai sejak tanggal 10
April 2012 hingga 12 April 2012. Pada saat itu dilakukan pencarian berbagai
referensi dan wawancara yang diadakan pada tanggal 11 April 2012. Tempat
penulisan karya tulis ilmiah ini di Ciracas, Serang serta dilakukan wawancara
dalam pengumpulan data di taman bacaan Rumah Dunia yang berlokasi di komplek Hegar Alam 40, Kampung
Ciloang Kemang Putri Pintu Tol Serang Timur 42218, Banten.
III.2 Teknik
Pengambilan Data
Dalam pengambilan data-data untuk memenuhi karya tulis
ilmiah ini, penulis mengambil data melalui teknik wawancara dengan narasumber
yang berasal dari Rumah Dunia dan juga dari literatur yang ada.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber,
diantaranya:
1.
Bagaimanakah
sejarah terbentuknya Rumah Dunia?
2.
Apa visi dan Misi
dari Rumah Dunia?
3.
Apa tujuan
didirikannya Rumah Dunia?
4.
Target yang
bergabung di rumah dunia itu sebenarnya siapa saja?
5.
Bagaimana
kepengurusan Rumah Dunia?
6.
Seperti apa
strategi dan kegiatan yang ada di Rumah Dunia?
7.
Apa yang menjadi
kendala dan tantangan terbesar selama berdirinya Rumah Dunia?
8.
Bagaimana pemecahan
dari semua permasalahan tersebut?
9.
Apa saja yang sudah
di capai oleh rumah dunia?
10.
Sebagai
murid/anggota/pengurus, apa yang melatar belakangi anda ikut bergabung bersama
rumah dunia?
11.
Apa saja yang sudah
dipelajari dan apa dampak yang sangat signifikan yang anda rasakan?
III.3 Metode
Penulisan
Melalui pendekatan kualitatif, penulis menggunakan metode
studi kasus karena penulis langsung mengadakan penelurusan di tempat yang akan
menjadi penelitian.
|
BAB IV
LITERASI UNTUK
SEMUA: PENGALAMAN ‘RUMAH DUNIA’
Berdasarkan pengamatan yang telah dibahas dalam bab
sebelumnya, maka kita bisa melihat bagaimana minat belajar masyarakat Indonesia
kemudian manfaat dari membaca dan upaya apa saja yang telah dilakukan untuk
menuntaskan buta huruf dan meningkatkan minat baca pada masyarakat. Di bawah
ini ada sebuah rumah yang luar biasa dalam meningkatkan dan mengeksplorasi
kemampuan masyarakat untuk menghasilkan karya lewat menulis dan membuka lahan
membaca untuk semua orang.
IV.1 Mengenal
Lebih Dekat Rumah Dunia
Bermula dari garasi kecil yang dimiliki oleh Gola Gong
yang beliau jadikan sebuah tempat bermain untuk anaknya hingga anaknya merasa
bosan dan ia alihkan kepada buku yang kemudian dibacakan dengan cara
mendongeng. Hal tersebut menarik minat anaknya kemudian juga anak-anak yang ada
dilingkungan sekitarnya. Selain itu pula, dari mimpi ingin memiliki
perpustakaan pribadi yang diperuntukan untuk masyarakat umum baik dari kalangan
anak-anak, pelajar, mahasiswa dan masyarakat guna mencerdaskan dan membentuk
generasi bangsa yang literat.
|
Rumah Dunia berlokasi di
komplek Hegar Alam 40, Kampung Ciloang Kemang Putri Pintu Tol Serang Timur
42218, Banten. Rumah Dunia dibangun ditengah-tengah kebun buah seluas 1.000m2,
bangunannya berupa tiga buah perpustakaan, panggung pertunjukan, mushola,
toilet, ruang bermain, dan toko buku. Rumah
Dunia resmi berdiri pada 3 Maret 2002 dengan para pendiri yang terdiri dari
Gola Gong, Tias Tatanka, (alm) Rys Revolta dan Toto ST Radik.
Kenapa
lalu diberi nama Rumah Dunia? Para pendirinya berkeinginan memindahkan dunia ke
rumah lewat buku. Maksudnya, untuk mengetahui segala pengetahuan dunia yang
luas ini kita bisa mendapatkannya di rumah melalui perantara yaitu buku. Dalam
perkembangannya rumah dunia sekarang menjadi sebuah komunitas nirlaba, sebagai
madrasah kebudayaan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siapapun
yang berkehendak membangun manusia dan masyarakat yang cerdas, mandiri, kritis,
demokratis dan berbahagia. Komunitas ini pula bergerak dalam bidang pendidikan,
pengembangan jaringan informasi, penerbitan, dokumentasi, penerbitan, dokumentasi
dan ekspresi budaya.
Visi
dan misi yang dimiliki oleh rumah dunia yaitu dari sinilah akan tumbuh sebuah
generasi baru yang mempunyai kapasitas tinggi dan hati nurani ketika
bersinggungan dengan masyarakat luas. Disini pula learning center atau kawah candradimuka sebagai tempat penggodogan
bagi peningkatan kualitas sumber daya anak-anak dan remaja, sebagai generasi penerus di Banten khususnya dan Indonesia umumnya.
Strategi
dan mempublikasikan rumah dunia adalah dengan cara mengajak masyarakat sekitar
untuk mau belajar bersama, kemudian dibuka-bukanya berbagai kelas sastra,
menggambar, diskusi dan wisata English
serta adanya publikasi melalui media-media baik cetak maupun media elektronik.
Hal tersebut dilakukan guna memperkenalkan Rumah Dunia. Jadwal kegiatan untuk Rumah
Dunia sendiri yaitu:
1.
Senin : wisata menulis
2.
Selasa : wisata menyanyi
3.
Rabu : wisata gambar
4.
Jumat : wisata English On Friday dan kelas puisi
5.
Sabtu : diskusi bulanan Lumbung Banten
6.
Minggu : kelas menulis
Rumah Dunia juga
memiliki kegiatan yang berkala seperti Eksebisi yaitu kegiatan yang dilaksanakan
untuk merancang kreatifitas anak-anak dengan mengadakan lomba menggambar dan
pameran, membaca dan menulis puisi, festival teater untuk anggota teater, serta
mengarang cerita. Selain itu ada Tawuran Seni yaitu kegiatan yang diadakan tiga
bulan sekali yang mempertemukan dua sekolah atau perguruan tinggi untuk
mempertontonkan kemampuannya masing-masing di bidang sastra atau teater. Ada
juga Writing Camp yaitu kegiatan yang memanfaatkan liburan dengan workshop di
bidang sastra dan jurnalistik bagi pelajar dan mahasiswa yang diadakan enam
bulan sekali. Kegiatan tersebut tidak diadakan di Rumah Dunia tapi di pantai
dan di pegunungan yang bertujuan mengasah kepekaan dalam membaca alam sebagai
ide dalam menulis.
Dalam
suatu perjuangan pasti akan ada suatu tantangan yang membuat seseorang kuat,
begitupun halnya dengan rumah dunia mempunyai tantangan tersendiri. Di awal
terbentuknya Rumah Dunia, yang kita tahu hanya sebuah garasi kecil yang lambat laun
berkembang dan mempunyai ruangan-ruangan yang nyaman untuk membaca. Karena
mereka bekerja secara sukarela dan tidak berorientasi keuntngan, dari mana
mereka memperoleh pembiayaan? Selain memulai dengan mempublikaskan Rumah Dunia
oleh Mas Gong dan teman-temannya, lambat laun banyak para donatur yang
berdatangan dan menyumbangkan apa yang mereka miliki baik yang berupa materil
maupun yang berupa fisik seperti buku dan alat tulis. Namun tetap saja Rumah Dunia
sendiri mengalami kesulitan ketika mengadakan acara besar yaitu kendala dalam
hal dana, karena tidak adanya sumber yang dana yang pasti dalam mengelola Rumah
Dunia tersebut. Masyarakat sangat apresiatif dengan adanya Rumah Dunia tapi
tidak begitu halnya dengan pemerintah setempat yang masih belum bisa
benar-benar memberikan dana untuk Rumah Dunia. Dana untuk pengelolaan Rumah
Dunia sendiri didapatkan dari relawan dan para pengurus yang sudah bekerja yang
menyumbangkan hasil usahanya untuk pengelolaan Rumah Dunia.
Seiring
berkembangnya Rumah Dunia, mereka kemudian membentuk kepengurusan yang terdiri dari:
Presiden : Firman Venayaksa
Sekjend : Muhzen Den
Sekretaris : Roy Goozly
Bendahara : Muh. Jaeni
Pj Perpustakaan :
Abdul Salam
Pj Lumbung banten :
Ibnu Adam Avicena
Pj Lab Komputer :
Alwin Alun Senja, Sunin Abu Luffy
Pj Artistik dan
Teater :
Dedi Setiawan
Pj Sastra dan Jurnalistik : Gong Media Cakrawala
Pj Gong Book Store : Miftahudin
Pj Audio Visual dan
Fiolm : Piter Tamba, Fery Benggala
Humas : Ginanjar (Indopos), Sophian
(Banten raya pos),Aji Setiakarya
(Banten tv), Qizink La Aziva (Radar Banten)
Web master : Noval Y Ramsis dan
Andre Birowo
Ambassador : Endang Rukmana,
Adkhil MS, Lawang Bagja, Bambang Q-Aness, Heru Hikayat, Halim HD dan Siho
Sawai.
Banyak sekali
prestasi yang telah diraih oleh Rumah Dunia, baik dengan menghasilkan
karya-karya yang berupa novel, antologi, dan karya-karya yang lainnnya.
IV.2 Pelajaran yang Berharga dari Rumah Dunia
Rumah Dunia
memiliki visi dan misi yang sederhana tetapi sangat mulia dan berdampak besar. Rumah
Dunia membuka kelas-kelas yang terbuka untuk siapa saja yang mau belajar, yang
mau berkarya dan yang mau melihat indahnya dunia melalui buku.
Sebuah
kisah dari salah satu pengurus dari Rumah Dunia, Abdul Salam yang memiliki
keinginan yang kuat untuk bisa membaca dan penasaran dengan apa yang ada di
Rumah Dunia. Ia pun bergabung dengan
Rumah Dunia pada tahun 2008, yang ia rasakan adalah dia bisa mendapatkan lebih
banyak kemampuan baik dari segi menulis, berbicara dan bersosialisasi dengan khalayak
umum. Suatu penghargaan yang luar biasa ketika ia bisa menghadiri acara kumpulan
penyair se Indonesia dan ia menjadi delegasi dari Banten untuk menghadiri acara
tersebut yang diadakan di Palembang sebelum Sea Games berlangsung di Indonesia.
Ia juga telah melebarkan tulisannya kedalam 4 buah kumpulan antologi cerpen
yang sudah dipublikasikan, dan bulan depanpun karyanya akan dilaunchingkan
kembali di Lampung.
Rumah
Dunia telah mencetak lebih dari 300 anggota dan semuanya sudah menghasilkan
karya. Saat ini Rumah Dunia telah membuka kelas menulis lagi dnegan jumlah
peserta 70 orang dan mereka berasal dari berbagai kalangan ada pelajar,
mahasiswa, bahkan ada seorang ibu yang berdomisili di Cilegon pun ikut dalam
kelas tersebut. Sangat luar biasa sekali tentunya pencapaian yang telah dicapai
oleh Rumah Dunia, dan semuanya dibarengi dengan kerja keras dari pendiri,
pengurus, anggota serta masyarakat dan pemerintah yang mulai melirik Rumah
Dunia.
Apalagi
sesuatu yang berharga dari Rumah Dunia? Disana diajarkan sesuatu hal langsung
oleh ahlinya dan merekapun diberikan kebebasan untuk berkarya dan menyalurkan
bakatnya sesuai dengan bidang yang mereka punyai masing-masing. Lalu bagaimana
mereka bisa berkontribusi untuk Rumah Dunia? Yaitu dengan membuat buku, karena
darisanalah Rumah Dunia hidup dan dapat menghidupi pengelolaan
bangunan-bangunan, listrik, dan memenuhi perpustakaan Rumah Dunia. Begitu pula
dengan mas Gola Gong yang mengadakan seminar hingga keluar negeri. Beliau tidak
meminta materi apapun untuk memenuhi kehidupannya beliau sama-sama bekerja
keras dengan membawa buku-buku hasil karya anak bangsa dan dijualnya di luar
negeri sana. Keunikan dari Rumah Dunia sendiri adalah para anggota Rumah Dunia
memiliki gaya bahasa layaknya bahasa-bahasa yang berseni dan berirama karena
memang lingkungan mereka ada ditengah-tengah para sastrawan dan merekapun
bergelut dengan buku-buku dan karya-karya sastra.
Dari hal di atas bisa diketahui
bahwa sesungguhnya minat membaca itu ada dalam setiap diri manusia, hanya saja
faktor yang lebih berpengaruh terhadap minat tersebut adalah rasa kejenuhan dan
malas, namun jika kita bisa membuat suasana yang alami dan tidak menekan untuk
membaca maka minat membaca dan kebutuhan untuk membaca akan timbul dengan
sendirinya.
Strategi
yang diambil dari Rumah Dunia bisa juga kita terapkan di sekitar kita, dari hal
yang terkecil dan juga terdekat. Selain itu, dari membaca akan memacu keinginan
untuk bisa menulis, sehingga minat menulis pun akan lebih banyak timbul karena
motivasi-motivasi membaca yang dilakukan. Dari data banyaknya peserta kelas
menulis di Rumah Dunia pun sudah menunjukkan bahwa minat itu masih dimiliki
setiap orang. Dilihat juga dari keberagaman siswa yang mengikuti kelas
tersebut, itu sudah membuktikan bahwa sebenarnya keterampilan membaca dan
menulis adalah hak untuk seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali.
|
BAB
V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan terhadap permasahan dalam tulisan ini dapat disimpulkan bahwa minat menulis seseorang bisa ditimbulkan dari
sebuah kebiasaan membaca. Dan pada kenyataannya membaca maupun menulis bisa
dilakukan setiap orang dimana saja dan kapan saja. Untuk memeratakan
pengembangan membaca dan menulis bisa melalui media atau stimulus yang didapat
dari Taman Bacaan di sekitar masyrakat.
IV.2 Rekomendasi
Apa yang dilakukan oleh Rumah Dunia adalah mereka memiliki keinginan kuat
untuk menyediakan kesempatan kepada semua orang untuk membaca dan melihat dunia
agar menjadikan masyarakat Indonesia yang literat. Upaya tersebut perlu
mendapat dukungan terutama dari pemerintah serta peran serta masyarakat untuk
membangun budaya membaca. Pengalaman
Rumah Dunia membuktikan bahwa budaya membaca dapat dibentuk di lingkungan
sekitar. Karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu mendorong dan terlibat
dalam pembentukan sanggar membaca serupa di daerah lainnya.
|
DAFTAR PUSTAKA
Berita SMANSA.2012.Membangun Budaya
Membaca Literacy.
Narotama
Library.2012.Membangun Budaya Membaca
Sepanjang Hayat. (http://perpustakaan.narotama.ac.id/2012/02/14/membangun-budaya-membaca-sepanjang-hayat/)
Sadulloh, Uyoh dkk.2010.Pedagogik
(Ilmu Mendidik).Bandung: Alfabeta
Wicaksono, Muammar.2012.Budaya Membaca
di Indonesia (http://beritaperpus.wordpress.com/2012/01/14/budaya-membaca-di-indonesia/)
*Karya Tulis ini ditulis dalam rangka seleksi Mahasiswa Berprestasi perwakilan dari UPI Kamda Serang tahun 2012
Komentar
Posting Komentar